Jumat, 21 Oktober 2016
Senin, 27 Juni 2016
“Mushowir" (Para Perupa Mahluk yang bernyawa)
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu
bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
قال
الله : ومن أظلم ممن ذهب يخلق كخلقي فليخلقوا ذرة، أو ليخلقوا حبة، أو ليخلقوا
شعيرة
“Allah
Subhanahu wata’ala berfirman : “Dan tiada seseorang yang lebih dzolim dari pada
orang yang bermaksud menciptakan ciptaan seperti ciptaanKu, oleh karena itu.
Maka cobalah mereka menciptakan seekor semut kecil, atau sebutir biji-bijian,
atau sebutir biji gandum”.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Aisyah, RA bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
أشد
الناس عذابا يوم القيامة الذين يضاهئون بخلق الله
“Manusia
yang paling pedih siksanya pada hari kiamat adalah orang-orang yang membuat
penyerupaan dengan makhluk Allah”.
Sebagaimana riwayat Bukhori dan Muslim dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata :
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
كل مصور
في النار، يجعل له بكل صورة صورها نفس يعذب بها في جهنم
“Setiap
mushowwir (perupa) berada didalam neraka, dan setiap rupaka yang dibuatnya
diberi nafas untuk menyiksa dirinya dalam neraka jahannam”.
Imam
Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu dalam hadits
yang marfu’, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
من صور
صورة في الدنيا كلف أن ينفخ فيها الروح، وليس بنافخ
“Barangsiapa yang membuat rupaka di dunia, maka kelak (pada hari kiamat) ia akan
dibebani untuk meniupkan ruh kedalam rupaka yang dibuatnya, namun ia tidak bisa
meniupkannya”.
Imam
Muslim meriwayatkan dari Abu Al Hayyaj, ia berkata : sesungguhnya Ali bin Abi
Tholib Radhiallahu’anhu berkata kepadaku :
ألا
أبعثك على ما بعثني عليه رسول الله أن لا تدع صورة إلا طمستها ولا قبرا مشرفا إلا
سويته
“Maukah kamu aku
utus untuk suatu tugas sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
mengutusku untuk tugas tersebut ? yaitu : janganlah kamu biarkan ada sebuah
rupaka tanpa kamu musnahkan, dan janganlah kamu biarkan ada sebuah kuburan yang
menonjol kecuali kamu ratakan.”
Kandungan
bab ini :
-
Ancaman berat bagi para perupa makhluk yang bernyawa.
-
Hal itu disebabkan karena tidak berlaku sopan santun kepada Allah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala : “Dan Tiada seseorang yang lebih dzolim dari pada orang yang menciptakan ciptaan seperti ciptaanKu”.
-
Firman Allah : “Maka cobalah mereka ciptakan seekor semut kecil, atau sebutir biji-bijian, atau sebutir biji gandum.”menunjukkan adanya kekuasaan Allah, dan kelemahan manusia.
-
Ditegaskan dalam hadits bahwa para perupa adalah manusia yang paling pedih siksanya.
-
Allah akan membuat roh untuk setiap rupaka yang dibuat guna menyiksa perupa tersebut dalam neraka jahannam.
-
Perupa akan dibebani untuk meniupkan roh ke dalam rupaka yang dibuatnya.
-
Perintah untuk memusnahkan rupaka apabila menjumpainya.
Senin, 07 Desember 2015
Mentaati ulama dan umaranya yang bertentangan dengan hukum Alloh
BAB 38
MENTAATI
ULAMA DAN UMARA DALAM MENGHARAMKAN YANG HALAL DAN
MENGHALALKAN
YANG HARAM BERARTI MEMPERTUHANKAN MEREKA
Ibnu Abbas
Radhiallahu’anhu berkata :
" يوشك أن تنـزل عليكم حجارة من السماء،
أقول : قال رسول الله ، وتقولون : قال أبو بكر وعمر".
“Aku khawatir bila
kalian ditimpa hujan batu dari langit, karena aku mengatakan : “Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda”, tetapi kalian malah mengatakan : “Abu
Bakar dan Umar berkata”.”
Imam Ahmad bin Hanbal
mengatakan : “Aku merasa heran pada orang-orang yang tahu tentang isnad hadits
dan keshahehannya, tetapi mereka menjadikan pendapat Sufyan sebagai acuannya,
padahal Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman :
]فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم
عذاب أليم[
“Maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa
siksa yang pedih” (QS. An Nur, 63).
Tahukah kamu apakah
yang dimaksud dengan fitnah itu ? fitnah disitu maksudnya adalah syirik, bisa
jadi apabila ia menolak sabda Nabi akan terjadi dalam hatinya kesesatan sehingga
celakalah dia”.
Diriwayatkan dari ‘Ady
bin Hatim bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam membaca
firman Allah Subhanahu wata’ala :
]اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون
الله[
“Mereka menjadikan
orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah…”(QS.
Al Bara’ah, 31)
Maka saya berkata
kepada beliau : “Sungguh kami tidaklah menyembah mereka”, beliau bersabda
:
"أليس يحرمون ما أحل الله فتحرمونه،
ويحلون ما حرم الله فتحلونه ؟ فقلت : بلى، قال : فتلك عبادتهم، رواه أحمد والترمذي
وحسنه.
“Tidakkah
mereka mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah, lalu kalian pun
mengharamkanya dan tidakkah mereka itu menghalalkan apa yang diharamkan Allah,
lalu kalian menghalalkannya ?”, Aku menjawab : ya, maka beliau bersabda :
“itulah bentuk penyembahan kepada mereka.” (HR. Imam Ahmad dan At Tirmidzi
dengan menyatakan hasan)
Kandungan bab ini
:
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat An nur ([1]).
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat Bara’ah ([2]).
-
Perlu diperhatikan arti ibadah yang sebelumnya telah diingkari oleh ‘Ady bin Hatim.
-
Pemberian contoh kasus yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas dengan menyebut nama Abu Bakar dan Umar, dan yang dikemukakan oleh Ahmad bin Hanbal dengan menyebut nama Sufyan.
-
Hal tersebut telah berkembang sedemikian rupa, sehingga banyak terjadi pada kebanyakan manusia penyembahan terhadap orang-orang sholeh, yang dianggapnya sebagai amal yang paling utama, dan dipercayainya sebagai wali (yang dapat mendatangkan suatu manfaat atau mara bencana), serta penyembahan terhadap orang-orang alim melalui ilmu pengetahuan dan fiqh (dengan diikuti apa saja yang dikatakan, baik sesuai dengan firman Allah dan sabda RasulNya atau tidak).
kemudian hal ini berkembang
lebih parah lagi, dengan adanya penyembahan terhadap orang-orang yang tidak
sholeh, dan terhadap orang-orang bodoh yang tidak berilmu (dengan diikuti
pendapat pendapatnya, bahkan bid’ah dan syirik yang mereka lakukan juga
diikuti).
Catatan Kaki :
([1]) Ayat ini mengandung suatu
peringatan supaya kita jangan sampai menyalahi Kitab dan
Sunnah.
([2]) Ayat dalam surat At Taubah ini
menunjukkan bahwa barang siapa mentaati seseorang dengan menyalahi hukum yang
telah ditetapkan Allah berarti telah mengangkatnya sebagai tuhan selain
Allah.
Rabu, 12 Agustus 2015
Melakukan amal sholeh untuk kepentingan dunia adalah syirik
Firman Allah Subhanahu
wata’ala :
]من كان
يريد الحياة الدنيا وزينتها نوف إليهم أعمالهم فيها، وهم فيها لا يبخسون، أولئك
الذين ليس لهم في الآخرة إلا النار وحبط ما صنعوا فيها وباطل ما كانوا
يعملون[
“Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasaanya, niscaya kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak
akan dirugikan, mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat
kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia, serta sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Hud, 15
–16).
Dalam shoheh Bukhori dari
Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda
:
"تعس عبد الدينار، تعس عبد الدرهم، تعس
عبد الحميصة، تعس عبد الخميلة، إن أعطي رضي، وإن لم يعط سخط، تعس وانتكس، وإذا شيك
فلا انتقس، طوبى لعبد أخذ بعنان فرسه في سبيل الله ، أشعث رأسه، مغبرة قدماه، إن
كان في الحراسة كان في الحراسة، وإن كان في الساقة كان في الساقة، إن استأذن لم
يؤذن له، وإن شفع لم يشفع ".
“Celaka hamba dinar, celaka
hamba dirham, celaka hamba khomishoh, celaka hamba
khomilah([1]), jika diberi ia senang, dan jika
tidak diberi ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah ia, apabila terkena duri
semoga tidak bisa mencabutnya, berbahagialah seorang hamba yang memacu kudanya
(berjihad dijalan Allah), dengan kusut rambutnya, dan berdebu kedua kakinya,
bila ia ditugaskan sebagai penjaga, dia setia berada di pos penjagaan, dan bila
ditugaskan digaris belakang, dia akan tetap setia digaris belakang, jika ia
minta izin (untuk menemui raja atau penguasa) tidak
diperkenankan([2]), dan jika bertindak sebagai pemberi
syafa'at (sebagai perantara) maka tidak diterima syafaatnya
(perantaraannya)”.
Kandungan bab ini :
-
Motivasi seseorang dalam amal ibadahnya, yang semestinya untuk akhirat malah untuk kepentingan duniawi (termasuk syirik dan menjadikan pekerjaan itu sia-sia tidak diterima oleh Allah).
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat Hud([3]).
-
Manusia muslim disebut sebagai hamba dinar, hamba dirham, hamba khomishoh dan khamilah (jika menjadikan kesenangan duniawi sebagai tujuan).
-
Tandanya apabila diberi ia senang, dan apabila tidak diberi ia marah.
-
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mendo’akan : “celakalah dan tersungkurlah”.
-
Juga mendoakan : “jika terkena duri semoga ia tidak bisa mencabutnya”.
-
Pujian dan sanjungan untuk mujahid yang memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebut dalam hadits.
Catatan Kaki :
([1]) Khomishoh dan khamilah adalah
pakaian yang terbuat dari wool atau sutera dengan diberi sulaman atau
garis-garis yang menarik dan indah. Maksud ungkapan Rasulullah dengan sabdanya
tersebut ialah untuk menunjukkan orang yang sangat ambisi dengan kekayaan
duniawi, sehingga menjadi hamba harta benda. Mereka itulah orang-orang yang
celaka dan sengsara.
([2]) Tidak diperkenankan dan tidak
diterima perantaraanya, karena dia tidak mempunyai kedudukan atau pangkat dan
tidak terkenal ; soalnya perbuatan dan amal yang dilakukannya diniati karena
Allah semata.
([3]) Ayat ini menjelaskan tentang
hukum orang yang motivasinya hanya kepentingan dan keni’matan duniawi, dan
akibat yang akan diterimanya baik di dunia maupun di akhirat
nanti.
Itulah Riya ?
R I Y A [1]
Firman Allah Subhanahu
wata’ala :
]قل إنما أنا بشر مثلكم يوحى إلي أنما إلهكم إله واحد، فمن
كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا[
“Katakanlah :
“sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku : "bahwa sesungguhnya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa", maka
barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah ia mengerjakan
amal sholeh dan janganlah ia berbuat kemusyrikan sedikitpun dalam beribadah
kepada Rabbnya.” (QS. Al Kahfi, 110).
Diriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiallahu’anhu dalam hadits marfu’, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Allah Subhanahu wata’ala berfirman
:
"أنا أغنى الشركاء عن الشرك، من عمل عملا
أشرك معي فيه غيري تركته وشركه " رواه مسلم.
“Aku adalah Sekutu Yang
Maha cukup sangat menolak perbuatan syirik. Barang siapa yang mengerjakan amal
perbuatan dengan dicampuri perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan ia
bersama perbuatan syiriknya itu” (HR. Muslim).
Diriwayatkan dari Abu
Said Radhiallahu’anhu dalam hadits marfu’ bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda :
"ألا أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من
المسيح الدجال ؟", قالوا : بلى يا رسول الله، قال : " الشرك الخفي يقوم الرجل فيصلي
فيزين صلاته لما يرى من نظر رجل إليه " رواه أحمد.
“Maukah kalian aku
beritahu tentang sesuatu yang bagiku lebih aku khawatirkan terhadap kamu dari
pada Al Masih Ad dajjal ([2])?”, para sahabat menjawab : “baik,
ya Rasulullah.”, kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“syirik yang tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri melakukan sholat, ia
perindah sholatnya itu karena mengetahui ada orang lain yang melihatnya” (HR.
Ahmad).
Kandungan bab ini
:
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Kahfi ([3]).
-
Masalah yang penting sekali, yaitu : pernyataan bahwa amal shalih apabila dicampuri dengan sesuatu yang bukan karena Allah, maka tidak akan diterima oleh Allah Tabaroka wata’ala.
-
Hal itu disebabkan karena Allah Subhanahu wata’ala adalah sembahan yang sangat menolak perbuatan syirik karena sifat ke Maha cukupanNya.
-
Sebab yang lain adalah karena Allah Subhanahu wata’ala adalah sekutu yang terbaik.
-
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam sangat khawatir apabila sahabatnya melakukan riya’.
-
Penjelasan tentang riya dengan menggunakan contoh sebagai berikut : seseorang melakukan sholat karena Allah, kemudian ia perindah sholatnya karena ada orang lain yang memperhatikannya.
([1]) Riya’ adalah berbuat baik karena orang
lain.
([2]) Al Masih Ad Dajjal ialah
seorang manusia pembohong terbesar yang akan muncul pada akhir zaman, mengaku
sebagai Al Masih bahkan mengaku sebagai Tuhan yang disembah. Kehadirannya di
dunia ini termasuk diantara tanda-tanda besar akan tibanya hari kiamat. Sedang
keajaiban-keajaiban yang bisa dilakukannya merupakan cobaan dari Allah untuk
umat manusia yang masih hidup pada masa itu. Disebutkan dalam shahih Muslim
bahwa masa kemunculannya di dunia nanti selama 40 hari, di antara hari-hari
tersebut, sehari bagaikan setahun, sehari bagaikan sebulan, sehari bagaikan
seminggu, kemudian hari-hari lainnya sebagaimana biasa, atau kalau kita
jumlahkan sama dengan satu tahun dua bulan dua minggu. Hadits-hadits tentang Ad
Dajjal ini telah diriwayatkan oleh kalangan banyak sahabat, antara lain : Abu
Bakar Ash Shiddiq, Abu Hurairah, Mu’adz bin Jabal, Jabir bin Abdillah, Abu SA’id
Al Khudri, An Nawwas bin Sam’an, Anas bin Malik, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Aisyah,
Ummu Salamah, Fatimah binti Qais dan lain lain. Masalah ini bisa dirujuk dalam
:
-
Shahih Bukhari : kitab Al fitan bab 26 –27 : kitab At Tauhid bab 27, 31.
-
Shahih Muslim : kitab Al fitan bab 20, 21, 22, 23, 24, 25.
-
Shahih At Turmudzi : kitab Al fitan bab 55, 56, 57,58, 59, 60,61,62.
-
Sunan Abu Dawud : kitab Malahim bab : 14, 15.
-
Sunan Ibnu Majah : kitab Al Fitan bab 33.
-
Musnad Imam Ahmad : jilid I hal 6, 7 ; jilid 2 hal : 33, 37, 67, 104, 124, 131 ; jilid 5 hal : 27, 32, 43, 47.
-
Dan kitab kitab koleksi hadits lainnya.
([3]) Ayat ini menunjukkan bahwa amal
ibadah tidak akan diterima oleh Allah kecuali bila memenuhi dua syarat
:
pertama : ikhlas semata-mata karena Allah, tidak ada
syirik di dalamnya sekalipun syirik kecil seperti riya’.
Kedua : sesuai dengan tuntunan Rasulullah, karena
suatu amal disebut shalih jika ada dasar perintahnya dalam agama.
Ayat ini mengisyaratkan pula bahwa ibadah itu tauqifiyah,
artinya berlandaskan pada ajaran yang dibawa Rasulullah, tidak menurut akal
maupun nafsu seseorang.
Sabar terhadap takdir Alloh adalah bagian dari iman kepada-Nya
Allah Subhanahu wata’ala
berfirman :
]وما أصاب من مصيبة إلا بإذن الله، ومن يؤمن بالله يهد قلبه
والله بكل شيء عليم[
“Tiada suatu musibah
yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At Taghobun, 11)
‘Al Qomah([1])
menafsirkan Iman yang disebutkan dalam ayat ini dengan mengatakan :
"هو الرجل تصيبه المصيبة فيعلم أنها من
عند الله فيرضى ويسلم"
“Yaitu : orang yang
ketika ditimpa musibah, ia meyakini bahwa itu semua dari Allah, maka ia pun
ridho dan pasrah (atas takdirNya).
Diriwayatkan dalam
shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"اثنان في الناس هما بهم كفر، الطعن في
النسب، والنياحة على الميت"
“Ada dua perkara yang
masih dilakukan oleh manusia, yang kedua-duanya merupakan bentuk kekufuran :
mencela keturunan, dan meratapi orang mati”.
Imam Bukhori dan Muslim
meriwayatkan hadits marfu’, dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"ليس منا من ضرب الخدود، وشق الجيوب، ودعا
بدعوى الجاهلية".
“Tidak termasuk golongan
kami orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian, dan menyeru dengan
seruan orang-orang jahiliyah”.
Diriwayatkan dari Anas
Radhiallahu’anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda
:
إذا أراد الله بعبده الخير عجل الله له
بالعقوبة في الدنيا، وإذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة
"
“Apabila Allah
menghendaki kebaikan pada seorang hambanya, maka Ia percepat hukuman baginya di
dunia, dan apabila Ia menghendaki keburukan pada seorang hambanya, maka Ia
tangguhkan dosanya sampai ia penuhi balasannya nanti pada hari kiamat.”(HR.
Tirmidzi dan Al Hakim)
Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"إن عظم الجزاء مع عظم البلاء ، وإن الله
تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا، ومن سخط فله السخط " حسنه
الترمذي.
“Sesungguhnya besarnya
balasan itu sesuai dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Subhanahu
wata’ala jika mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya, barang siapa yang
ridho akan ujian itu maka baginya keridhoan Allah, dan barang siapa yang
marah/benci terhadap ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah” (Hadits hasan
menurut Imam Turmudzi).
Kandungan dalam bab ini
:
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat At Taghobun ([2]).
-
Sabar terhadap cobaan termasuk iman kepada Allah.
-
Disebutkan tentang hukum mencela keturunan.
-
Ancaman keras bagi orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek baju, dan menyeru kepada seruan jahiliah (karena meratapi orang mati).
-
Tanda apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hambaNya.
-
Tanda apabila Allah menghendaki keburukan kepada hambaNya.
-
Tanda kecintaan Allah kepada hambaNya.
-
Dilarang bersikap marah dan tidak sabar atas cobaan ketika diuji oleh Allah.
-
Pahala bagi orang yang ridho atas ujian dan cobaan.
Catatan Kaki :
([1]) ‘Al Qomah bin Qais bin
Abdullah bin Malik An Nakhai, salah seorang tokoh dari ulama tabiin, dilahirkan
pada masa hidup Nabi dan meninggal tahun 62 H (681 M).
([2]) Ayat ini menunjukkan tentang
keutamaan sabar atas segala takdir Allah yang pahit, seperti musibah dan
menunjukkan bahwa amal termasuk dalam pengertian iman.
Merasa Aman dari siksa Alloh dan berputus asa dari Rahmat-Nya
Firman Allah Subhanahu
wata’ala :
]أفأمنوا مكر الله، فلا يأمن مكر الله إلا القوم
الخاسرون[
“Maka apakah mereka
merasa aman dari azab Allah (yang tiada terduga duga) ?, tiada yang merasa aman
dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al A’raf, 99).
]ومن يقنط من رحمة ربه إلا الضالون[
“Dan tiada yang berputus
asa dari rahmat Rabbnya kecuali orang-orang yang sesat” (QS. Al Hijr,
56).
Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ketika
ditanya tentang dosa-dosa besar, beliau menjawab :
"الشرك بالله، واليأس من روح الله، والأمن
من مكر الله ".
“Yaitu : syirik kepada
Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari
makar Allah”.
Abdurrazzaq meriwayatkan
dari Ibnu Mas’ud, ia berkata :
"أكبر الكبائر : الإشراك بالله، والأمن من
مكر الله، والقنوط من رحمة الله، واليأس من روح الله ". “Dosa besar yang paling
besar adalah : menyekutukan Allah, merasa aman dari siksa Allah, berputus
harapan dari rahmat Allah, dan berputus asa dari pertolongan Allah” (HR. Abdur
Razzaq).
Kandungan bab ini
:
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat Al A’raf ([1]).
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Hijr ([2]).
-
Ancaman yang keras bagi orang yang merasa aman dari siksa Allah.
-
Ancaman yang keras bagi orang yang berputus asa dari rahmat Allah.
Catatan Kaki :
([1]) Ayat ini menunjukkan bahwa
merasa aman dari siksa adalah dosa besar yang harus dijauhi oleh orang
mu’min.
([2]) Ayat ini menunjukkan bahwa
bersikap putus asa dari rahmat Allah termasuk pula dosa besar yang harus
dijauhi. Dari kedua ayat ini dapat disimpulkan bahwa seorang mu’min harus
memadukan antara dua sikap, harap dan khawatir, harap akan rahmat Allah dan
khawatir terhadap siksaNya.
Tag :
Dosa Besar,
Kebatilan
Tawakkal Kepada Alloh
Firman Allah Subhanahu
wata’ala :
]وعلى الله
فتوكلوا إن كنتم مؤمنين[
“Dan hanya kepada Allah
hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS. Al
Maidah, 23).
]إنما
المؤمنون الذين إذا ذكر الله وجلت قلوبهم وإذا تليت عليهم آياته زادتهم إيمانا وعلى
ربهم يتوكلون[
“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman (dengan sempurna) itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka karenanya, serta hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS. Al Anfal,
2)
]يا أيها
النبي حسبك الله ومن اتبعك من المؤمنين[
“Wahai Nabi, cukuplah Allah
(menjadi pelindung) bagimu, dan bagi orang-orang mu’min yang mengikutimu” (QS.
Al Anfal, 64).
]ومن يتوكل
على الله فهو حسبه[
“ … dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS. At
tholaq, 3).
]حسبنا الله
ونعم الوكيل[
“Cukuplah Allah bagi kami,
dan Allah adalah sebaik-baik pelindung” (QS. Ali Imran, 173).
Kalimat ini diucapkan oleh
Nabi Ibrahim saat beliau dicampakkan ke dalam kobaran api, dan diucapkan pula
oleh Nabi Muhammad disaat ada yang berkata kepada beliau : “Sesungguhnya
orang-orang quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu
takutlah kepada mereka, tetapi perkataan itu malah menambah keimanan beliau …”
(QS. Ali Imran, 173).
Kandungan bab ini :
-
Tawakkal itu termasuk kewajiban.
-
Tawakkal itu termasuk syarat-syarat iman.
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Anfal ([1]).
-
Penjelasan tentang ayat dalam akhir surat Al Anfal ([2]).
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat At-Tholaq ([3]).
-
Kalimatحسبنا الله ونعم الوكيل mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena telah diucapkan oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam ketika dalam situasi yang sulit sekali.
Catatan Kaki :
([1]) Ayat ini menunjukkan bahwa
tawakkal kepada Allah merupakan sifat orang-orang yang beriman kepada Allah, dan
menunjukkan bahwa iman dapat bertambah dan dapat pula
berkurang.
([2]) Dalam ayat ini Allah
memerintahkan kepada Nabi dan orang-orang beriman yang mengikutinya supaya
bertawakkal kepada Allah, karena Allah lah yang akan mencukupi keperluan
mereka.
([3]) Ayat ini menunjukkan kewajiban
bertawakkal kepada Allah dan pahala bagi orang yang
melakukannya.
Takut kepada Alloh
Firman Allah Subhanahu
wata’ala :
]إنما ذلكم الشيطان يخوف أولياءه، فلا تخافوهم وخافوني إن
كنتم مؤمنين[
“Sesungguhnya mereka itu
tiada lain hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya
(orang-orang musyrik) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepadaKu saja, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS. Ali
Imran, 175).
]إنما يعمر مساجد الله من آمن بالله واليوم الآخر وأقام
الصلاة وآتى الزكاة ولم يخش إلا الله فعسى أولئك أن يكونوا من
المهتدين[.
“Sesungguhnya yang
memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, serta tetap mendirikan sholat, membayar zakat, dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah (saja), maka mereka itulah yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At Taubah,
18).
]ومن الناس من يقول آمنا بالله فإذا أوذي في الله جعل فتنة
الناس كعذاب الله ولئن جاء نصر من ربك ليقولن إنا كنا معكم أوليس الله بأعلم بما في
صدور العالمين[
“Dan diantara manusia
ada yang berkata : kami beriman kepada Allah, tetapi apabila ia mendapat
perlakuan yang menyakitkan karena (imannya kepada) Allah, ia menganggap fitnah
manusia itu sebagai adzab Allah, dan sungguh jika datang pertolongan dari
Tuhanmu, mereka pasti akan berkata :“Sesungguhnya kami besertamu” bukankah Allah
mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia ?” (QS. Al ankabut,
10).
Diriwayatkan dalam
hadits marfu’ dari Abu Said, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda
:
"إن من ضعف اليقين أن ترضي الناس بسخط الله،
وأن تحمدهم على رزق الله، وأن تذمهن على ما لم يؤتك الله، إن رزق الله لا يجره حرص
حريص، ولا يرده كراهية كاره".
“Sesungguhnya termasuk
lemahnya keyakinan adalah jika kamu mencari ridho manusia dengan mendapat
kemurkaan Allah, dan memuji mereka atas rizki yang Allah berikan lewat
perantaraannya, dan mencela mereka atas dasar sesuatu yang belum diberikan Allah
kepadamu melalui mereka, ingat sesungguhnya rizki Allah tidak dapat didatangkan
oleh ketamakan orang yang tamak, dan tidak pula dapat digagalkan oleh
kebenciannya orang yang membenci”.
Diriwayatkan dari
Aisyah, ra. Bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"من التمس رضا الله بسخط الناس رضي الله عنه
وأرضى عنه الناس، ومن التمس رضا الناس بسخط الله سخط الله عليه وأسخط عليه الناس "
رواه ابن حبان في صحيحه.
“Barangsiapa yang
mencari Ridho Allah sekalipun dengan resiko mendapatkan kemarahan manusia, maka
Allah akan meridhoinya, dan akan menjadikan manusia ridho kepadanya, dan
barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan melakukan apa yang menimbulkan
kemurkaan Allah, maka Allah murka kepadanya, dan akan menjadikan manusia murka
pula kepadanya” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shohehnya).
Kandungan bab ini
:
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran ([1]).
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat At Taubah ([2]).
-
Penjelasan tentang ayat dalam surat Al ‘Ankabut ([3]).
-
Keyakinan itu bisa menguat dan bisa melemah.
-
Tanda-tanda melemahnya keyakinan antara lain tiga perkara yang disebutkan dalam hadits Abu Said Radhiallahu’anhu diatas.
-
Memurnikan rasa takut hanya kepada Allah adalah termasuk kewajiban.
-
Adanya pahala bagi orang yang melakukannya.
-
Adanya ancaman bagi orang yang meninggalkannya.
Catatan Kaki :
([1]) Ayat ini menunjukkan bahwa
khauf (takut) termasuk ibadah yang harus ditujukan kepada Allah semata, dan di
antara tanda kesempurnaan iman ialah tiada merasa takut kepada siapapun selain
Allah saja.
([2]) Ayat ini menunjukkan bahwa
memurnikan rasa takut kepada Allah adalah wajib, sebagaimana shalat, zakat dan
kewajiban lainnya.
([3]) Ayat ini menunjukkan bahwa
merasa takut akan perlakuan buruk dan menyakitkan dari manusia dikarenakan iman
kepada Allah adalah termasuk takut kepada selain Allah dan menunjukkan pula
kewajiban bersabar dalam berpegang teguh kepada jalan
Allah.